Total Tayangan Halaman

Senin, 02 Maret 2009

ANGGREK PUTIH

Anggrek Putih
Oleh : Pebrinaldi


Adzan terdengar sayup dari balik menara keagungan Islam. Berkumandang dengan syair nan indah bersama rinai gerimis yang masih mencipta nyanyian sendu pada atap peradaban. Mengadu pada Tuhan tentang hujan yang masih membisu, ketika sesal guntur membentur kaki langit.

Angin terus bermain diantara reranting dan merayap pada pintu-pintu peradaban. Udara masih bergetar dan sekali-kali meledak diantara simfoni adzan nan merdu. Mata sayup bermodal bulu lentik karunia Tuhan, tak lagi terbantahkan bahwa ia adalah keindahan dan kedamaian. Gadis itu membasuh wajahnya diantara dendang gerimis dalam belaian sang dingin. Lalu khusuk menghitung tasbihnya yang masih tersisa. Kokok ayam mulai meraba sudut pagi, menyambut terang yang mulai hadir bersama riuh kehidupan.

Gadis itu bernama Syahra. Orang memanggilnya Ayya. Pagi itu ia berjalan diantara genangan hujan yang semalam terdengar mengerang, seolah teriris pedang berbunyi nyeri, mendeting pada dada yang tergadai terbelati nasib didermaga mimpi. Tapi siapa sangka itu hanya permainan cuaca yang selalu bercanda dengan waktu. Sedang asyik mengemasi langkahnya, Ayya tiba-tiba ia teringat akan sepucuk surat yang semalam tak sempat ia baca. “Dimana surat itu?” ia bertanya pada kekosongan. Tangannya meraba kedalam tas hitam yang melingkar dibahunya. “ Seingatku semalam surat itu kumasukkan ke tas ini” kata Ayya dalam membatin. Tiba-tiba wajahnya berseri, ketika menemukan surat itu. Lipatanya masih tampak rapi, lalu membacanya.

“Aku tak ingin mengenang luka yang telah simpul terhimpit masa. Sebab aku selalu ada disetiap tetes embun, menunggu mentari bersama kicau burung… ”

“Begitu singkat isi surat ini…?” gumannya dalam hati. “Tapi siapa yang menulisnya...?”. Ia kemudian mengamati surat itu, lalu mencoba menelisik siapa gerangan dibalik tulisan itu. Jangan-jangan Amar yang menulis surat ini. Hati Ayya berbisik. Bukankah dia selama ini yang paling sering mengirim kata-kata indah ke ponselku. Ayya bertanya pada dirinya sendiri. Amar adalah tetangga Ayya yang menyukainya, tapi belum berani rasanya ia memberi harapan lebih pada Amar dan menerimanya sebagai kekasih.

Pendengaran Ayya tiba-tiba menangkap suara memanggil namanya. Ia berhenti dan menoleh. Tampak wanita berkerudung putih tersenyum kepadanya. “Kebetulan ay, kita ketemu. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan”. Sambil berjalan di samping Ayya. Dia adalah Muli sepupu Ayya. Muli masih sekolah di SMU kelas 3, dan sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir nasional. “Sebenarnya ada apa?”. Ayya agak penasaran. “Tenang saja cantik, ini bukan kabar buruk”. jawab Muli sambil tersenyum. “begini Ay. Kemarin aku bertemu dengan Rivki, dan dia menanyakan kamu. Kalau aku lihat sepertinya ia suka kamu ay“. Kata muli tersenyum lebar. Ayya terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Kamu ada-ada saja Mul”, kata Ayya sambil mencubit Muli.

Tak terasa langkah mereka telah sampai di terminal. “Mul aku duluan ya, nanti aku telat masuk kuliah kalau lama-lama disini, nanti kita lanjutkan ceritanya”, kata ayya sambil menuju kesebuah angkot yang berwarna merah. Muli hanya mengangguk kemudian meneruskan langkahnya sendiri. Ayya langsung masuk kedalam angkot itu kemudian duduk didekat pintu, sebab bagian belakang sudah terisi oleh penumpang lain. Mobil kemudian meluncur diatas aspal meninggalkan kepulan asapnya di terminal. Pikiran Ayya masih agak kacau, entah apa yang ia pikirkan saat itu. Ayya lalu mengambil surat yang tadi ia baca dari dalam tasnya, kemudian membacanya kembali. Setelah membaca surat itu, ia merobeknya dan membuangnya kejalan.

Waktu terus berputar. Kebisuannya diisi dengan bising knalpot dari angkot yang ia tumpangi. “Kiri pak…!” kata Ayya menghentikan mobil itu. Tanpa mengulang kata-katanya, sopir menginjak pedal rem dan menepikan kendaraannya didepan sebuah kampus berseragam putih biru. Ayya turun dari angkot dan memberikan selembar uang ribuan kepada sopir tadi kemudian melanjutkan langkahnya kearah kampus. Handpone yang ada dibalik kantong bajunya tiba-tiba berdering, mengisyaratkan adanya satu pesan masuk. Dia kemudian mengambil ponselnya dan membaca isi pesan itu:

“ Kau buat hatiku tergeletak sendiri dijalan bersama sobekan kertas yang kutulis bersama dingin. Tapi biarlah … Ia akan kucari bersama cinta yang masih tersisa untukmu”

Ayya tercengang membaca isi pesan itu. Kini sejuta tanya hadir dalam pikirannya. “Siapa gerangan orang ini kenapa ia tahu kalau aku merobek kertas itu… ”, nomornya pun masih baru dihandphone-ku. Dengan rasa penasaran yang amat, dia kemudian membalas pesan tadi.

“Ini siapa…?”

Tak berselang lama kemudian, pesan balasan hadir bersama gerimis yang mulai melebat. Ayya pun berlari-lari kecil mencari perlindungan lalu membaca isi pesan itu.

“orang yang disampingmu ketika secarik kertas kau ubah menjadi potongan-potongan tak berarti adalah aku”

Ayya bertambah kaget, jantungnya berdetak kencang. Betapa tidak, orang yang mengirim surat itu ternyata duduk disampingnya diatas mobil. “Astaga… mengapa aku tak memperhatikan orang-orang yang ada dalam angkot tadi…”. Tanya dalam hatinya terus bermain dengan perasaannya…

***

Sepulang dari kampus ia merebahkan dirinya ditempat tidur. Pikirannya terus menerawang jauh tak tentu arah, “sebenarya siapa yang menulis surat itu..?” tiba-tiba ia teringat seseorang. “Ya, dia pasti tau siapa yang menulis surat itu”. Ayya bangkit dan mengambil ponselnya kemudian menuliskan sebuah pesan singkat.

“Lin, yang ngasih kamu surat tadi malam itu siapa..?

Agak lama ia menunggu balasan SMS dari Linda, hingga tak terasa ia lelap dalam tidurnya. Pintu kamarnya diketuk seseorang. Ayya bangkit dari ranjang lalu membuka pintu kamar. “Tuh… Amar ada diruang tamu”. Kata Hikmah adiknya, lalu meninggalkan Ayya yang masih mematung dipintu. Ayya melangkah keruang tamu dan mendapati Amar di sana. “Ada apa Mar, sepertinya ada yang penting nih”. Tanya Ayya sembari duduk. “Cuma ingin mengajak kamu jalan-jalan. Sekali-kali tidak apa-apa kan, kalau malam minggu ini kita makan diluar”. Ajak Amar. Tampak berpikir sejenak. “Mar, aku minta maaf ya. Masalahnya aku capek banget malam ini. Lagian masih banyak tugas yang harus kuselesaikan. Bagaimana kalau lain kali saja”. Jawab Ayya. Amar hanya menarik nafas dalam-dalam. “Yah, Kalau memangnya kamu tidak ada waktu itu tidak jadi masalah kok. Ay, aku permisi dulu ya”. Sambil berdiri dan melangkah menuju pintu. Ayya hanya menatap kepergian Amar sampai hilang dalam remangnya malam. Ayya lalu duduk diteras sambil menatap anggrek yang tergantung didepan rumahnya.

Tiba-tiba Linda muncul dari balik pagar dan berjalan kearahnya. “ Ay… Rivki tabrakan di perapatan dan meninggal dunia. Sekarang dia ada di rumah sakit”. “Apa ...!!. Kenapa Rivki bisa tabrakan..!!?” tanya Ayya panik. “Tadi sore Rivki bilang, kalau besok dia akan pindah ke Manado dan menetap bersama neneknya disana. Dia juga bilang kalau malam ini akan datang minta pamit sama kamu.” Kata Linda dengan wajah sedih. Ayya tak bersuara ia hanya terduduk dan memandang bulan separuh yang mulai tertutup awan. Rivki adalah teman Ayya. Walau tidak terlalu akrab tapi dia orangnya asyik diajak ngobrol.

“Hey, Bangun…!!! sekarang sudah sore”. “Ibunya tiba-tiba sudah ada disampingnya. “Oh… ternyata aku bermimpi…” kata Ayya dalam hatinya. Ia menyapu wajahnya yang penuh dengan keringat. Cepat cuci muka, itu Linda dari tadi menunggu kamu diluar”. Kata ibunya kemudian meninggalkan Ayya dikamar. Mendengar ibunya menyebut nama Linda, sontak wajahnya tiba-tiba pucat, jantungnya berdetak kencang entah apa sebabnya. Ayya kemudian keluar dari kamar dan langsung menemui Linda diteras. “Maaf Ay, tadi SMS kamu tidak aku balas, pulsaku kebetulan kosong”. Kata Linda. Ayya masih terdiam menatap Linda, ada sesuatu yang ingin ia katakan tapi terasa amat sulit untuk di ucapkannya. “Ay, ini ada titipan surat dari Rivki sebelum ia berangkat” kata Linda sambil menyodorkan surat itu kepada Ayya. “Rivki bilang kalau tadi dia kerumah kamu, dan ternyata kamu masih tidur. Jadi dia nitip surat itu ke aku”. Kata Linda kemudian. ”Memangnya Rivki kemana…? Tanya Ayya gugup. “ katanya sih mau ke Manado”. Jawab Linda singkat. “kalau begitu, aku permisi dulu yah Ay, soalnya masih banyak pekerjaan di rumah yang belum beres”. Kata Linda sambil berdiri dan meninggalkan Ayya yang masih terdiam ditempatnya.

Dengan tangan gemetar, Ayya membuka lipatan kertas itu lalu membaca isinya.

Buat Seseorang yang matanya memaksa Matahari dan Bulan berdecak kagum…

Bersama embun, kutulis hatiku dalam selembar kertas. Dan kini ia tergeletak dijalan menjadi potongan-potongan tak berarti…
Tahukah kau bahwa Aku selalu menanyakan dirimu pada bisunya malam, dan pada purnama yang kadang lupa untuk mengucap selamat pagi pada mentari.
Aku tak pernah lupa akan seraut wajah nan damai yang selalu hadir dalam kebisuanku. Sepertiga malam selalu kusisihkan untuk mengenangmu….
Kan Kutitip rindu pada embun yang hadir disetiap pucuk anggrek putih didepan rumahmu…

"Rivki
Dua butir mutiara bening membasahi tulisan itu. Entah apa ia rasakan saat itu memang sulit untuk menerkanya. Handphone-nya tiba-tiba berdering. Ayya mengambil handphone itu dan membaca isi pesan yang baru saja masuk. Ternyata itu SMS dari Muli. “ Ay, mobil yg Rivki tumpangi tadi siang baru saja tabrakan. Semua penumpangnya meninggal dunia termasuk Rivki...” Ayya tiba-tiba lemas setelah membaca SMS dari muli. Air matanya bertambah deras mengalir dari sudut matanya yang begitu bening. Sepotong kata keluar dari mulutnya tapi begitu pelan. ”Rivki.....”

***

Subuh itu Ayya terbangun entah apa yang membangunkan dia. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Cepat ia melangkah keluar dari kamar dan membuka pintu rumah. Dia menatap anggrek putih yang tergantung di halaman rumahnya, tak tahu mengapa kini sebutir mutiara bening kembali hadir dikelopak matanya. Ya … Tampak di pot itu sehelai anggrek putih dibasahi embun tergeletak disana. Ayya memejamkan mata dan membiarkan sungai kecil dimatanya terus mengalir diselah-selah pipinya. Hatinya bebisik “Oh..Tuhan, berilah ia ketenangan disisimu …!!!”

SELESAI

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ceritanya bagus jg, walaupun agak menyinggu sedikit. hehehehehe......

walaupun hati dan fikiran sedang berontak/kalut janganlah kita ikut larut ke dalamnya, yang akan membuat kita lupa terhadap apa yang ada sisekitar kita.

bila ingin marah, kesel atau bahkan untuk melakukan sesuatu yang nenyakitkan hati orang lain janganlah dijalanan atau ditempat umum. karena hal itu bisa mengganggu dan menyakiti seseorang yang melihatnya.